Semesta14

Karena Dunia Tak Hanya Yang Terlihat

sejarah singkat Jepang Februari 22, 2010

Filed under: sejarah jepang — Tangguh Alamsyah @ 6:20 am

Periode Jomon & Yayoi

Selama Periode Jomon (13000 SM – 300 SM), pola hidup penduduk kepulauan Jepang adalah mengumpulkan makanan, mengambil ikan, dan berburu. Jomon adalah nama dari satu pola gerabah yang dibuat pada masa itu.

Pada Periode Yayoi (300 SM – 300 M), kebudayaan bercocok tanam padi telah diimpor ke Jepang pada sekitar tahun 100 M. Dengan diperkenalkannya bercocok tanam, kelas sosial mulai berkembang, dan daerah-daerah mulai bergabung dibawah kepemimpinan pemilik tanah yang berkuasa. Pengelana dari Cina pada masa dinasti Han dan Wei melaporkan bahwa seorang ratu yang bernama Himiko (atau Pimiku) memerintah Jepang pada masa itu. Pada Periode Yayoi juga mulai diperkenalkan besi dan kebudayaan modern lain yang dibawa dari Korea ke Jepang. Sekali lagi, penamaan Periode didasarkan pada sebuah pola gerabah yang bekembang pada masa itu.

Pada permulaan periode Kofun (300 – 538), pusat kekuatan dibangun di Dataran Kinai yang subur. Dan pada sekitar tahun 400, negeri jepang bersatu dibawah nama Yamato, Jepang dengan pusat politiknya berada disekitar propinsi Yamato dan sekitarnya (sekarang perefektur Nara). Penamaan periode didasarkan pada kuburan besar (kofun) yang dibangun untuk pemimpin politik pada masa itu. Yamato Jepang terbentang dari Kyushu hingga Dataran Kinai, namun tidak mencakup Kanto, Tohoku, dan Hokkaido.

Oleh karena hubungan persahabatan dengan kerajaan Kudara (atau Paikche) di semenanjung Korea, pengaruh dari Cina Daratan meningkat pesat. Agama Buddha diperkenalkan ke Jepang pada tahun 538 atau 552 dan disebarkan oleh golongan penguasa. Pangeran Shotoku disebut-sebut memegang peranan penting dalam penyebaran ide-ide dari Cina. Dia juga menulis Tujuh Belas Pasal Peraturan mengenai aturan moral dan politik. Juga teori-teori Konfusianisme dan Taoisme, sistem menulis Cina juga diperkenalkan ke Jepang pada Periode Yamato.

Tahun 645, Nakatomi No Kamatari memulai era Keluarga Fujiwara yang bertahan hingga lahirnya kelas militer (samurai) pada abad ke-11. pada tahun yang sama, Reformasi Taika direalisasikan. Sisem pemerintahan dan administrasi yang baru dikembangkan mengikuti model Cina. Semua kepemilikan tanah diambil oleh negara dan didistribusikan kembali secara merata kepada petani dalam rangka memperkenalkan sistem pajak yang baru, yang juga diadopsi dari Cina.

Periode Nara & Heian

Pada tahun 710, ibukota Jepang yang pertama dibangun di Nara, sebuah kota yang mengikuti model ibukota Cina. Kuil-kuil Buddha yang besar dibangun di ibukota baru tersebut. Kuil-kuil dengan cepat memperoleh pengaruh politik yang kuat, yang berfungsi untuk menjaga kedudukan kaisar dan pemerintah pusat. Ibukota dipindahkan ke Nagaoka pada tahun 784, sebelum akhirnya di pindahkan ke Heian (Kyoto) pada tahun 794 yang terus bertahan hingga lebih dari seribu tahun.

Salah satu karakteristik dari Periode Nara dan Heian adalah pengubahbentukan secara besar-besaran pengaruh-pengaruh Cina, yang bagaimana pun, bertambah kuat. Banyak kebudayaan impor “di-Jepang-kan”. Bertujuan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan orang Jepang, beberapa kantor pemerintahan dibangun dengan mengikuti model Cina, sebagai contoh. Dalam kesenian pun, hasil kebudayaan asli Jepang dengan cepat menjadi populer. Penemuan huruf Kana membuat sastra Jepang asli menjadi mungkin untuk dibuat. Beberapa sekte Buddha yang dibawa dari Cina selama Periode Heian, juga “di-Jepang-kan”

Ditengah kesalahan terburuk Reformasi Taika mengenai masalah tanah dan pajak: pajak yang tinggi membuat banyak petani menjual tanahnya dan menjadi penyewa pada pemilik tanah yang lebih besar. Kemudian, banyak bangsawan dan biarawan yang berhasil memperoleh kekebalan atas pajak. Sebagai hasilnya, pendapatan negara berkurang, dan selama berabad-abad, kekuatan politik secara bertahap mulai berpindah dari pemerintah pusat kepada pemilik tanah besar yang independen.

Keluarga Fujiwara memegang kendali politik selama periode Heian selama beberapa abad melalui stategi pernikahan dengan keluarga kerajaan dan dengan menduduki semua posisi politik yang penting di Kyoto dan propinsi-propinsi utama. Kekuasaan keluarga tersebut mencapai puncaknya di tangan Fujiwara Michinaga tahun 1016. setelah Michinaga, bagaimana pun, kemampuan kepemimpinan Fujiwara mulai menurun, dan kekuasaan publik tak dapat dipertahankan. Banyak pemilik tanah menyewa samurai untuk melindungi hak miliknya. Itulah sebabnya kelas militer menjadi sangat berpengaruh, khususnya di wilayah Jepang timur.

Kekuasaan Fujiwara berakhir pada tahun 1068 ketika kaisar yang baru, Go-Sanjo memutuskan untuk memerintah negara secara langsung, dan Fujiwara gagal mengendalikannya. Tahun 1086 Go-Sanjo turun tahta namun tetap melanjutkan memerintah dari balik panggung politik. Bentuk pemerintahan baru tersebut dinamakan Pemerintahan Insei. Kaisar memegang kekuasaan politik dari tahun 1086 hingga 1156 ketika Taira Kiyomori menjadi penguasa baru Jepang.

Abad ke-12, dua keluarga militer yang memiliki latar belakang kebangsawanan memperoleh banyak kekuatan. Keluarga Minamoto (atau Genji) dan Keluarga Taira (atau Heike). Taira menggantikan banyak bangsawan dari Fujiwara dalam posisi-posisi penting, sementara Minamoto memperoleh pengalaman militer dengan membuat Honsu Utara menjadi bagian Jepang dalam Perang Awal Sembilan Tahun (1050 – 1059) dan Perang Akhir Tiga Tahun (1083 – 1087).

Setelah Kebangkitan Heiji (1159), persaingan kekuasaan antara dua keluarga, Taira dan Kiyomori berkembang menjadi penguasa Jepang dan memerintah negara melalui kaisar. Ancaman utama bukan hanya dari keluarga Minamoto tetapi juga dari kuil Buddha yang militan yang secara berkala mengadakan perang antara satu sama lain dan menganggu ketentraman umum.

Setelah kematian Kiyomori, keluarga Taira dan Minamoto bertarung untuk menentukan pemegang kekuasaan, Perang Gempei, yang terjadi dari tahun 1180 hingga 1185. Di akhir perang, Minamoto berhasil mengakhiri kekuasaan Taira, dan Minamoto Yoritomo menjadi pemimpin Jepang. Setelah menaklukan seluruh musuh potensial dan musuh berbahayanya, termasuk anggota terdekat, tahun 1192 Yoritomo diangkat menjadi Shogun (pemimpin militer tertinggi) dan membentuk pemerintahan baru di kampung halamannya di Kamakura.

Bakufu Kamakura

Pemerintahan Bakufu Kamakura yang dibentuk oleh Minamoto Yoritomo merupakan bentuk pemerintahan baru yang jauh lebih sederhana dibandingkan yang berada di Kyoto dan jauh lebih efisien disesuaikan dengan kebutuhan Jepang.

Setelah kematian Yoritomo, perebutan kekuasaan terjadi antara Bakufu yang berada di Kamakura dengan Kekaisaran di Kyoto. Perebutan kekuasaan itu berakhir setelah terjadi Gangguan Jokyu pada tahun 1221 ketika Kamakura mengalahkan tentara kekaisaran di Kyoto, dan keturunan Hojo di Kamakura memperoleh kuasa penuh atas Jepang. Dengan membagikan kembali tanah-tanah yang direbut selama Gangguan Jokyu, mereka berhasil memperoleh kesetiaan orang-orang diseluruh negeri. Kaisar dan kantor pemerintahan yang tersisa di Kyoto secara praktis kehilangan seluruh kekuasaannya.

Kebudayaan Cina masuk relatif kuat selama periode Kamakura. Sekte Buddha yang baru diperkenalkan: sekte Zen (1191) memperoleh banyak pengikut dari golongan samurai, yang sekarang termasuk dalam golongan sosial tingkat atas. Sekte Buddha lainnya adalah sekte Lotus Sutra yang radikal dan intoleran ditemukan tahun 1253 oleh Nichiren.

Tahun 1232 sebuah perangkat hukum, Joei Shikimoku di umumkan. Menitikberatkan pada nilai-nilai Konfusius seperti setia pada majikan, dan menjaga moral serta disiplin. Pengawasan ketat dilakukan oleh keluarga Hojo, setiap tanda pemberontakan ditumpas dengan segera.

Shogun tinggal di Kamakura tanpa kekuatan yang berarti sementara wakilnya berada di Kyoto dan Jepang barat. Vasal-vasal memerintah propinsi secara ketat dan setia. Benar bahwa keturunan Hojo membawa beberapa dekade keamanan dan pengawasan ekonomi pada Jepang hingga kekuatan dari negara lain mulai mengancam Jepang.

Tahun 1259, Bangsa Mongol telah menaklukan Cina dan tertarik untuk menaklukan Jepang pula. Beberapa pesan ancaman mengenai betapa mengerikannya kekuatan Mongol, tidak digubris oleh Kamakura. Ini menyebabkan Mongol memulai Invasinya tahun 1274 ke pulau Kyushu. Setelah hanya bertempur beberapa jam, armada laut raksasa yang berlayar, dipaksa untuk mundur karena kondisi cuaca yang buruk. Ini sangat menguntungkan pihak Jepang karena ketidaksiapan mereka dalam menghadapi pasukan Mongol yang besar dan modern.

Oleh karena persiapan yang baik, orang Jepang berhasil membentuk pertahanan yang kuat untuk beberapa minggu selama invasi Mongol yang kedua yang terjadi pada tahun 1281. namun sekali lagi, Pasukan Mongol dipaksa untuk mundur karena kondisi cuaca yang buruk. Kyushu kemudian mulai bersiap-siap pada kemungkinan akan adanya invasi ketiga, namun ternyata bangsa Mongol mengalami banyak persoalan yang harus diselesaikan di Cina-daratan dibandingkan harus memedulikan Jepang.

Konsekuensi dari banyaknya waktu yang dihabiskan untuk persiapan menghadapi bangsa Mongol ternyata sangat fatal bagi pamerintahan Kamakura, mereka mengeluarkan anggaran tanpa penghasilan. Banyak orang-orang setia yang berjuang untuk Kamakura, kini meminta balas jasa kepada pemerintah yang tidak sanggup membayar. Oleh karena itu, masalah keuangan dan menurunnya kesetiaan diantara tuan tanah yang berkuasa adalah beberapa alasan kejatuhan pemerintahan Kamakura.

Tahun 1333 kekuatan keturunan Hojo telah berkurang hingga Kaisar Go-Daigo dapat mengembalikan kekuatan kekaisaran dan membubarkan Bakufu Kamakura.

Bakufu Muromachi

Kaisar Go-Daigo telah berhasil mengembalikan kekuatan istana di Kyoto dan membubarkan Bakufu Kamakura pada tahun 1333. Namun, pemulihan kantor kekaisaran dibawah Restorasi Kemmu (1334) tidak bertahan lama karena sistem administrasi yang lama ketinggalan zaman dan tidak praktis. Kemudian, pejabat-pejabat yang tidak cakap gagal memperoleh dukungan dari tuan tanah yang berkuasa.

Ashikaga Takauji, yang sebelumnya berjuang untuk kaisar, kini menentang istana kekaisaran dan berhasil merebut Kyoto pada tahun 1336. Go-Daigo, akibatnya, melarikan diri ke Yoshino di selatan Kyoto yang kemudian mendirikan Istana Selatan. Pada saat yang sama, kaisar-yang-baru naik tahta di Kyoto. Hal ini menjadi mungkin karena garis penerus tahta kekaisaran bercabang dua sejak kematian kaisar Go-Saga pada tahun 1272.

Tahun 1338 Takauji mengangkat dirinya sendiri menjadi Shogun dan membentuk pemerintahan di Kyoto. Distrik Muromachi dimana terdapat bangunan pemerintahan sejak 1378 merupakan asal mula dari penamaan periode dan pemerintahan.

Dua istana tersebut bertahan hingga lebih dari 50 tahun: Istana Utara dan Istana Selatan. Mereka saling berperang satu sama lain. Istana Utara biasanya selalu pada posisi yang lebih menguntungkan; namun bagaimanapun, Istana Selatan berhasil merebut Kyoto beberapa kali untuk waktu yang singkat. Istana Selatan akhirnya berhasil merebut kyoto pada tahun 1392, dan Jepang menjadi bersatu lagi dibawah pemerintahan kaisar.

Dalam masa pemerintahan Ashikaga Yoshimitsu (1368-1408), Bakufu Muromachi berhasil mengendalikan propinsi-propinsi di Jepang pusat, namun secara berkala kehilangan pengaruhnya di wilayah pinggiran. Yoshimitsu menjalin hubungan dagang yang baik dengan dinasti Ming , Cina. Produksi domestik juga meningkat berkat adanya perbaikan sistem bercocok tanam dan pembudidayaan tanaman. Perubahan ekonomi ini menghasilkan peningkatan pasar, beberapa kota dan kelas sosial yang baru.

Selama abad 15 dan abad 16, pengaruh Shogun Ashikaga dan pemerintahan di Kyoto pada kenyataannya tak berarti banyak. Penguasa politik pada periode Muromachi adalah para pemilik tanah, keluarga militer (samurai). Penguasa feodal yang baru ini disebut Daimyo. Mereka melakukan penguasaan secara nyata pada sisi lain Jepang, dan secara terus menerus berperang satu sama lain selama beberapa dekade dalam masa perang saudara (Sengoku Jidai) yang kompleks. Beberapa nama dari tuan tanah yang terkuat adalah Takeda, Uesugi, dan Hojo di timur, kemudian Ouchi, Hosokawa, dan Mori di bagian barat.

Tahun 1542 pedagang-pedagang Portugis dan misionaris Yesuit tiba pertama kali di Kyushu, mereka memperkenalkan senjata api dan agama Kristen ke Jepang. Yesuit Francis Xavier melakukan misi penyebaran ke kyoto tahun 1549-1550. Walaupun ajaran Kristen bertentangan dengan ajaran Buddha, kebanyakan tuan tanah bagian barat menerima agama Kristen karena dengan mengadakan perdagangan senjata dengan bangsa asing akan meningkatkan kemampuan militer.

Pertengahan abad ke-16, beberapa penguasa tanah yang terkuat berlomba-lomba untuk mengambil kekuasaan terhadap seluruh Jepang. Salah satunya adalah Oda Nobunaga. Dia mengambil satu langkah besar dalam penyatuan Jepang dengan menaklukan Kyoto tahun 1568 dan menjatuhkan Bakufu Muromachi tahun 1573.

Bakufu Azuchi-Momoyama

Setelah mendapatkan Kyoto, Nobunaga meneruskan usahanya untuk menumpas semua musuh-musuhnya. Salah satunya adalah sekte Buddha yang militan, terutama sekte Ikko (sekte Tanah Suci) yang telah menjadi sangat kuat di beberapa propinsi. Nobunaga menghancurkan Kuil Enryakuji di pinggiran Kyoto hingga rata dengan tanah tahun 1571. Perjuangannya untuk menumpas sekte Ikko berlanjut hingga tahun 1580.

Beruntung bagi Oda Nobunaga, dua musuhnya yang paling berbahaya dari daerah timur: Takeda Shigen da Uesugi Kenshin. Keduanya meninggal sebelum sempat berperang dengan Nobunaga. Setelah kematian Shigen, Nobunaga mengalahkan keluarga Takeda dalam pertempuran Nagashino (1575), menggunakan alat perang modern.

Tahun 1582, Jenderal Akechi membunuh Nobunaga dan menduduki istana Azuchi milik Nobunaga. Toyotomi, seorang jenderal yang setia pada Nobunaga, bertindak sangat cepat, mengalahkan Akechi, dan mengambil alih kekuasaan. Hideyoshi melanjutkan perjuangan Nobunaga menumpas musuh-musuh yang tersisa. Dia menaklukan propinsi-propinsi bagian utara dan Shikoku tahun 1583, kemudian Kyushu tahun 1587. setelah mengalahkan keluaga Hojo di Odawara tahun 1590, Jepang akhirnya berhasil disatukan.

Untuk membuat Jepang berada dalam kendali mutlak, Hideyoshi menghancurkan banyak istana yang dibangun di seluruh negeri selama masa perang saudara. Tahun 1588 dia melucuti senjata dari para petani dan lembaga keagamaan dalam “Perburuan Pedang”.

Dia melarang samurai untuk aktif sebagai petani dan memaksa mereka untuk pindah ke kota istana. Pebedaan yang jelas antara kelas-kelas sosial meningkatkan kendali pemerintahan untuk melakukan pengawasan terhadap orang-orang. Pada hasilnya, survei tanah dimulai tahun 1583, dan sensus dilakukan pada tahun 1590. Pada tahun yang sama, istana besar milik Hideyoshi, Istana Osaka, selesai dibangun.

Tahun 1587, Hideyoshi mengeluarkan perintah kepada misionaris Kristen agar meninggalkan Jepang. Namun kenyataannya, para Franciscan berhasil masuk ke Jepang pada tahun 1593 dan Yesuit tetap aktif di Jepang Barat. Tahun 1597 Hideyoshi secara intensif mengawasi misionaris Kristen, menolak untuk berdiskusi, dan mengeksekusi 26 Franciscan sebagai peringatan. Agama Kristen dianggap menghalangi langkah Hideyoshi untuk mendapatkan kendali menyeluruh terhadap masyarakat; lagi pula, banyak pendeta Yesuit dan Franciscan yang bertindak agresif dan intoleran terhadap lembaga Shinto dan Buddha.

Setelah menyatukan negeri, Hideyoshi bermaksud untuk mewujudkan impian super gilanya untuk menaklukan Cina. Tahun 1592, tentaranya memasuki Korea dan menduduki Seoul dalam beberapa minggu; namun, pasukan Hideyoshi dipaksa mundur kembali oleh tentara Cina dan Korea pada tahun berikutnya. Hideyoshi secara keras kepala menolak untuk menyerah hingga evakuasi terakhir dari Korea tahun 1598, tahun yang sama pula Hideyoshi meninggal.

Tokugawa Ieyasu, yang merupakan rekan yang sangat berbakat dari Hideyoshi dan Nobunaga, menggantikan Hideyoshi sebagai orang yang paling berkuasa di Jepang.

Bakufu Tokugawa

Tokugawa Ieyasu adalah orang terkuat di Jepang setelah Hideyoshi meninggal tahun 1598. Berlawanan dengan janjinya, Ieyasu tidak mengakui Hideyori sebagai pengganti Hideyoshi kerena Ieyasu ingin menjadi penguasa mutlak atas Jepang.

Dalam Pertempuran Sekigahara tahun 1600, Ieyasu mengalahkan orang-orang yang setia pada Hideyori dan rival dari Jepang barat lainnya. Oleh karena itu, dia memperoleh kekuasaan dan kekayaan yang tak terbatas. Tahun 1603, Ieyasu diangkat menjadi Shogun oleh Kaisar dan mendirikan pemerintahannya di Edo. Keshogunan Tokugawa memerintah Jepang selama 250 tahun.

Ieyasu memerintah seluruh Jepang secara ketat. Dia dengan cerdik membagikan kembali tanah yang didapatkannya kepada para Daimyo; vasal-vasal yang paling setia (yang sudah membantu dia sejak sebelum Sekigahara) secara strategis mendapatkan daerah yang lebih penting. Setiap Daimyo juga berkewajiban untuk menghabiskan beberapa tahun sekali di Edo. Ini merupakan beban ekonomi yang besar bagi Daimyo dan mengurangi kekuatannya di daerah asal.

Ieyasu melanjutkan perdagangannya dengan bangsa asing. Dia menjalin hubungan dengan Inggris dan Belanda. Namun di lain pihak, dia melakukan penindasan dan pengawasan terhadap agama Kristen sejak 1614.

Setelah kehancuran keluarga Toyotomi pada tahun 1615 ketika Istana Osaka di ambil alih, Ieyasu dan penerusnya secara praktis tidak memiliki rival lagi, dan kedamaian terpelihara selama periode Edo. Karena itu, para prajurit (samurai) melatih diri mereka sendiri tidak hanya dalam bidang bela diri tapi juga dalam sastra, filsafat, dan seni, contohnya: upacara minum teh.

Tahun 1633, Shogun Iemitsu melarang perjalanan ke luar negeri dan hampir sepenuhnya mengisolasi Jepang pada tahun 1639 dengan mengurangi kontak dengan dunia luar dengan cara menjalin hubungan dagang yang amat terbatas dengan Cina dan Belanda di pelabuhan Nagasaki. Sebagai tambahan, semua buku asing dilarang.

Karena isolasi yang dilakukan, perdagangan domestik dan produksi pangan meningkat. Selama periode Edo, khususnya selama masa Genroku (1688-1703), kebudayaan populer berkembang. Jenis-jenis kesenian baru seperti Kabuki dan Ukiyo-E menjadi amat terkenal diantara orang kota.

Ajaran yang paling penting dalam masa Tokugawa adalah Neo-Konfisius, yang menekankan pada pentingnya moral, pendidikan, dan hubungan kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat: sistem empat kelas yang ketat berlaku selama periode Edo: pada tingkatan teratas adalah samurai, diikuti oleh petani, tukang, dan pedagang. Anggota keempat kelas tersebut dilarang untuk mengganti status sosial meraka. Kelas pembuangan (eta), orang-orang yang pekerjaannya dianggap hina, membentuk kelas kelima.

Tahun 1720, larangan terhadap buku Barat dicabut, beberapa ilmu masuk ke Jepang dari Cina dan Eropa (Belanda). Sekolah nasionalis yang menggabungkan unsur Shinto dan Konfisius juga dibangun.

Meskipun pemerintahan Tokugawa berhasil menjaga kestabilan negara selama beberapa abad, posisinya secara bertahap melemah karena beberapa hal: situasi keuangan yang terus memburuk membuat pemerintah menaikan pajak dan menyebabkan unjuk rasa diantara petani. Ditambah oleh Jepang secara berkala mengalami bencana alam dan untuk beberapa tahun mengalami kelaparan yang menyebabkan unjuk rasa, kemudian lebih lanjut terjadi masalah keuangan pada pemerintahan pusat dan Daimyo. Sistem sosial mulai kacau saat kelas pedagang menjadi lebih kuat sementara kaum samurai secara finansial menjadi tergantung pada mereka. Selama setengah dari periode, korupsi dan penurunan moral pejabat menyebabkan masalah lebih lanjut.

Pada akhir abad ke-18, tekanan dari luar mulai menjadi isu penting, ketika bangsa Rusia untuk pertama kalinya mencoba menjalin hubungan dagang dengan Jepang yang tak ada hasil. Kemudian diikuti oleh bangsa Eropa dan Amerika pada abad ke-19. ini membuat Komodor Perry pada tahun 1853 dan tahun 1854 memaksa pemerintahan Tokugawa untuk membuka beberapa pelabuhannya bagi perdagangan internasional. Bagaimanapun, perdagangan terjadi dengan amat terbatas hingga Pemulihan Meiji tahun 1868.

Semua faktor berhubungan, perasaan anti-pemerintah meningkat dan menyebabkan gerakan lain seperti tuntutan untuk mengembalikan kekuasaan kekaisaran dan perasaan anti Barat, khususnya diantara samurai konservatif pada daerah yang independen seperti Chosu dan Satsuma. Banyak orang, bagaimanapun, segera menyadari keuntungan besar bangsa Barat dalam hal sains dan militer, dan ingin membuka diri sepenuhnya terhadap dunia luar. Akhirnya, golongan konservatf menyadari fakta tersebut setelah beberapa kali melakukan perlawanan terhadap kapal perang bangsa Barat.

Tahun 1867-1868, pemerintahan Tokugawa jatuh karena tekanan politik yang berat, dan kekuasaan Kaisar Meiji di kembalikan.

Pemulihan Meiji

Tahun 1867/68, masa Tokugawa berakhir dengan adanya Pemulihan Meiji. Kaisar Meiji pindah dari Kyoto ke Edo (yang berganti nama menjadi Tokyo) dan kemudian menjadi ibukota yang baru; kekuasaan kekaisaran kemudian dipulihkan. Kekuatan politik sesungguhnya berpindah dari Bakufu Tokugawa ke tangan sekelompok kecil bangsawan dan mantan samurai.

Seperti negara jajahan lain di Asia, orang-orang Jepang dipaksa menyaksikan ancaman kekuatan dari negara Barat. Ancaman ini menjadikan orang-orang Barat mendapatkan keuntungan sepihak atas ekonomi dan hukum. Dalam rangka untuk mendapatkan kemandirian dari bangsa Eropa dan Amerika, juga untuk membangun citra dari dunia, Meiji memutuskan untuk menutup perbedaan dengan bangsa Barat dalam hal kekuatan dan ekonomi. Pembaharuan praktis secara drastis diberlakukan di semua wilayah.

Pemerintah yang baru ingin menjadikan Jepang sebuah negeri yang demokratis dan setara bagi semua rakyatnya. Belenggu antar kelas sosial yang terjadi pada masa Tokugawa dihapuskan. Pada akibatnya, samurai menjadi kaum yang terpinggirkan dalam pembaharuan sosial tersebut karena kehilangan hak istimewanya. Pembaharuan juga meliputi pengakuan hak azasi manusia seperti kebebasan beragama pada tahun 1873.

Dalam rangka menstabilkan pemerintahan, mantan penguasa tanah (Daimyo) diwajibkan untuk mengembalikan tanah mereka kepada Kaisar. Hal tersebut terjadi pada tahun 1870 dan diikuti dengan membagi negara kedalam perfektur-perfektur.

Sistem pendidikan diubah mengikuti sistem Perancis, lalu mengikuti sistem Jerman. Diantara pembaharuan itu adalah diberlakukannya wajib belajar.

Setelah sekitar satu atau dua dekade dilakukan pem-Barat-an yang intensif, kebangkitan pemikiran konservatif dan nasional membuahkan hasil: prinsip Konfisius dan Shinto termasuk kesetiaan pada kaisar meningkat pesat dan diajarkan pada lembaga pendidikan.

Peningkatan dalam bidang militer tentu saja menjadi prioritas utama Jepang ditengah imperialisme bangsa Eropa dan Amerika. Wajib militer diberlakukan, angkatan yang baru mengikuti model pasukan Prusia, dan angkatan laut dibentuk mengikuti model Inggris.

Dengan tujuan untuk mengubah ekonomi berbasis pangan pada era Tokugawa menjadi berbasis industri, banyak sarjana Jepang yang dikirim keluar negeri untuk mempelajari ilmu dan bahasa bangsa Barat, sementara ahli dari luar negeri menjadi pengajar di Jepang. Jaringan transportasi dan komunikasi dikembangkan dengan biaya yang besar dari pemerintah Jepang. Pemerintah juga secara langsung mendukung bisnis-bisnis dan industri-industri yang menjanjikan, khususnya industri keluarga yang besar dan kuat yang dinamakan Zaibatsu.

Banyaknya pengeluaran mengakibatkan krisis keuangan pada pertengahan 1880-an yang didikuti oleh perubahan sistem mata uang dan pembangunan Bank Jepang. Industri tekstil berkembang pesat dan menjadi industri terbesar hingga Perang Dunia II.

Pada bidang politik, Jepang membentuk sistem konstitusi gaya Eropa pada tahun 1889. Parlemen, Diet dibentuk sementara Kaisar masih menjadi penguasa tertinggi: Kaisar adalah memegang angkatan darat, angkatan laut, kekuatan eksekutif dan legislatif. Partai politik belum memperoleh kekuatan yang berarti dikarenakan kekurangan anggota.

Konflik yang disebabkan oleh ketertarikan Jepang dan Cina terhadap Korea mengakibatkan Perang Sino-Jepang pada tahun 1894-1895. Jepang mengalahkan Cina, merebut Taiwan, tapi dipaksa oleh Rusia, Perancis, dan Jerman untuk mengembalikan wilayah lain. Intervensi Tiga Arah ini membuat Jepang memperkuat angkatan darat dan lautnya.

Konflik yang disebabkan ketertarikan Jepang terhadap Korea dan Manchuria, kali ini dengan Rusia, mengakibatkan perang Ruso-Jepang tahun 1904-1905. pasukan jepang memenangkan perang tersebut dan akhirnya mendapakan pengakuan internasional. Jepang terus menanamkan pengaruhnya di Korea dan menguasai sepenuhnya pada tahun 1910. Di Jepang, kesuksesan perang mengakibatkan rasa nasionalisme meningkat, dan negara-negara Asia lainnya juga mulai membangun kepercayaan diri.

Tahun 1912, Kaisar Meiji meninggal.

Jepng dan Perang Dunia I

Selama masa kaisar Taisho (1912-1926) yang lemah, kekuatan politik bergeser dari persekutuan oligarki (Genro) kepada parelemen dan partai politik.

Dalam Perang Dunia I, Jepang tergabung dalam pasukan Sekutu, tapi hanya memainkan peranan kecil dalam pertempuran melawan pasukan kolonial Jerman di Asia Timur. Dalam Konferensi Perdamaian Paris tahun 1919, usulan Jepang mengenai “persamaan ras” pada hadirin Liga Bangsa-Bangsa ditolak oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Arogansi dan diskriminasi ras menyebabkan ketegangan dalam hubungan Jepang-Barat sejak dibukanya negara tahun 1880-an, dan menjadi faktor utama dalam memperburuk hubungan selama PD II. Tahun 1924, misalnya, Kongres AS mengeluarkan Perintah Pengusiran yang melarang imigran dari Jepang datang lebih banyak lagi.

Setelah PD I, ekonomi Jepang memburuk. Gempa Besar Kanto dan depresi dunia tahun 1929 menambah krisis.

Selama tahun 1930-an, militer hampir sepenuhnya menguasai pemerintahan. Banyak lawan-lawan politik yang terbunuh, dan komunis diburu. Doktrinisasi dan penyensoran dalam pendidikan menjadi lebih intensif. Pejabat angkatan darat dan laut segera mengisi posisi-posisi penting, termasuk menjadi perdana menteri.

Jepang mengikuti contoh negara Barat dan memaksa Cina pada perjanjian ekonomi dan politik yang tak adil. Lebih lanjut, pengaruh Jepang atas Manchuria berkembang sejak akhir Perang Ruso-Jepang tahun 1904-1905. ketika nasionalis Cina mulai secara serius mengancam posisi Jepang di Manchuria tahun 1931, Tentara Kwantung (angkatan bersenjata Jepang di Manchuria) menduduki Manchuria. Tahun berikutnya, “Manchukuo” mendeklarasikan diri sebagai negara merdeka, dikendalikan oleh Tentara Kwantung melalui pemerintahan boneka. Tahun yang sama, angkatan udara Jepang membombardir Shanghai dengan tujuan melindungi penduduk Jepang dari gerakan Anti-Jepang.

Tahun 1933, Jepang dikeluarkan dari Liga Bangsa-Bangsa karena kritikan yang tajam atas tindakannya kepada Cina.

Juli 1937, Perang Sino-Jepang Kedua pecah. Sebuah insiden kecil menjadikannya perang berskala penuh dengan Tentara Kwantung yang bertindak lebih independen dari pemerintahan yang lebih moderat. Pasukan Jepang berhasil menduduki hampir semua pantai Cina dan melakukan kekejaman perang pada penduduk Cina, khususnya selama kejatuhan ibukota Nanking. Namun, pemerintah Cina tak pernah menyerah sepenuhnya, dan perang berlanjut dengan skala lebih kecil hingga tahun 1945.

Tahun 1940, Jepang menduduki Indocina Perancis (Vietnam) atas kesepakatan dengan pemerintah Perancis, dan bergabung dengan Jerman dan Italia. Langkah ini mempertajam konflik antara Jepang dengan Amerika Serikat dan Inggris Raya yang bertindak dengan melakukan aksi boikot minyak. Karena kekurangan minyak dan gagal memecahkannya menggunakan langkah diplomasi membuat Jepang memutuskan untuk merebut wilayah kaya minyak Hindia Belanda Timur (Indonesia) dan memulai peperangan dengan Amerika Serikat dan Inggris Raya.

Desember 1941, Jepang menyerang pasukan Sekutu di Pearl Harbour dan beberapa titik lain di Pasifik. Jepang berhasil melebarkan kekuasaannya untuk wilayah yang luas yang terbentang dari India di Barat dan New Guinea di Selatan dalam waktu enam bulan.

Titik balik perang pasifik adalah pertempuran Midway pada bulan Juni 1942. dari situ, pasukan Sekutu secara perlahan merebut kembali wilayah yang diduduki Jepang. Tahun 1944, serangan udara yang intesif dilakukan terhadap Jepang. Musim semi 1945, pasukan AS merebut Okinawa dalam salah satu perang paling berdarah.

27 Juli 1945, pasukan Sekutu meminta Jepang dalam Deklarasi Postdam untuk menyerah tanpa syarat, atau penghancuran akan terus dilakukan. Bagaimana pun, pasukan militer tidak berniat untuk menyerah dengan kondisi apapun, bahkan setelah militer AS menjatuhkan dua bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus, dan Uni Soviet memulai peperangan dengan Jepang pada tanggal 8 Agustus.

Baru pada 14 Agustus 1945, bagaimana pun, Kaisar Showa akhirnya memutuskan untuk menyerah tanpa syarat.

Jepang setelah perang

Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang luluh lantak. Semua kota besar (kecuali Kyoto), industri dan jaringan transportasi rusak berat. Pembagian jatah pangan ketat dilakukan selama beberapa tahun.

Pendudukan Jepang oleh Sekutu dimulai tahun 1945 dan berakhir 1952. Jenderal MacArthur merupakan panglima tertinggi pertamanya. Seluruh operasi dilakukan oleh Amerika Serikat.

Jepang pada dasarnya kehilangan semua wilayah yang didapatkan setelah 1894. sebagai tambahan, pulau Kuril diduduki oleh Uni Soviet, dan kepulauan Ryukyu, termasuk Okinawa, dikendalikan oleh AS. Okinawa dikembalikan pada Jepang tahun 1972, bagaimana pun perebutan wilayah dengan Rusia menyangkut pulau Kuril belum dapat diselesaikan.

Mesin perang Jepang yang tersisa dihancurkan, dan pengadilan kejahatan perang diadakan. Lebih dari 500 pejabat militer melakukan bunuh diri segera setelah Jepang menyerah, dan sebanyak ribuan lainnya dieksekusi berkaitan dengan kejahatan perang. Kaisar Showa tidak didakwa sebagai penjahat perang.

Konstitusi yang baru menjadi efektif pada tahun 1947: Kaisar kehilangan semua kekuatan militer dan politik, dan hanya menjadi simbol negara. Hak pilih universal diperkenalkan dan hak azasi manusia diakui. Jepang juga dilarang untuk mengadakan perang lagi atau membentuk tentara. Lebih lanjut, Shinto dan negara benar-benar dipisahkan.

MacArthur juga memutuskan untuk memecah kekuatan dengan cara memisah-misahkan Zaibatsu dan perusahaan-perusahaan besar lainnya, dan dengan desentralisasi sistem pendidikan dan kepolisian. Dalam bidang tanah, konsentrasi kepemilikan tanah dipindahkan.

Khususnya dalam setengah pertama masa pendudukan, media Jepang menjadi sasaran penyensoran dari pernyataan-pernyataan anti-Amerika dan topik kontroversial seperti isu ras.

Kerjasama antara Jepang dan Sekutu berjalan relatif lancar. Kritik mulai tumbuh ketika Amerika Serikat bertindak berlebihan berkaitan dengan ketertarikannya dalam Perang Dingin, melakukan pengamatan kembali terhadap komunisme, membawa pasukan lebih banyak ke Jepang, dan meminta Jepang untuk membentuk Pasukan Bela Diri sendiri meskipun itu berlawanan dengan pasal dalam konstitusi. Banyak aspek masa pendudukan yang disebut “arus balik” diterima oleh politisi-politisi Jepang yang konservatif.

Dengan terjadinya kedamaian nyata pada tahun 1952, pendudukan berakhir. Pasukan Bela Diri Jepang dibentuk tahun 1954, didukung oleh demonstrasi massa yang besar. Keresahan masyarakat yang besar juga disebabkan oleh perjanjian kerjasama keamanan Jepang-AS pada tahun 1960.

Setelah perang Korea, dan dipercepat oleh hal tersebut, perbaikan ekonomi Jepang berkembang. Pertumbuhan ekonomi meningkatkan standar hidup, mengubah kehidupan masyarakat dan stabilisasi berada ditangan Partai Demokratis Liberal (LDP), juga polusi yang kuat.

Hubungan dengan Uni Soviet membaik pada tahun 1956, dengan Cina tahun 1972.

Tahun 1973 krisis minyak mengguncang ekonomi Jepang yang sangat tergantung pada minyak. Reaksi atas hal itu adalah berpindahnya menuju industri teknologi tinggi.

diterjemahkan dari http://www.japan-guide.com

 

Tinggalkan komentar